Non Communicable Disease dan Dampaknya terhadap ekonomi 

Berita UNAIR Pascasarjana, Sabtu 01 Juli 2023 – Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena NCD (63 % dari seluruh kematian) dan hampir setengah (14 juta) kematian NCD terjadi sebelum usia 70 tahun. Penyebab kematian terbesar NCD adalah kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis dan diabetes yang hampir 80 % kematian NCD ini terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah dan sebagian besar bisa dicegah. Dampak negative dari epidemic NCD ini ternyata menimbulkan dampak yang serius bagi kehidupan masyarakat seperti mengurangi produktivitas dan berkontribusi terhadap kemiskinan. Sehingga NCD menciptakan beban yang cukup signifikan terhadap system kesehatan dan beban ekonomi pada suatu Negara. 

Tiga pilar strategi Dunia untuk mencegah dan mengendalikan NCD adalah dengan surveillance(melakukan pemetaan epidemic dari NCD), prevention (mengurangi tingkat paparan faktor risiko) dan management (memperkuat pelayanan kesehatan untuk penderita NCD). Lalu bagaimana strategi Indonesia mencegah dan mengendalikan NCD? 

Hal tersebut yang membuat Dr. Ni Made Sukartini, SE., MIDEC., Koordinator Program Studi Magister Ekonomi Kesehatan merasa edukasi yang tepat di masyarakat adalah jalan terbaik untuk mengurangi persebaran NCDs (Non Communicable Disease) atau penyakit tidak menular (PTM) yang semakin lama semakin mengkhawatirkan bahkan menjadi momok. 

Hadirnya S2 Ekonomi Kesehatan di Sekolah Pascasarjana UNAIR, yang merupakan satu-satunya prodi di Indonesia berangkat dari keterpanggilan Universitas Airlangga untuk memberi kontribusi nyata yang signifikan terhadap perkembangan, kemajuan dan permaslahan bangsa dan Negara. Keterkaitan antara faktor kesehatan dan ekonomi akan menghadirkan sebuah sudut pandang yang lebih luas, mendalam dan berimbang dalam melihat sebuah permasalahan kesehatan yang berdampak pada kekuatan ekonomi atau sebaliknya lemahnya ekonomi yang membawa dampak pada kesehatan. 

“Kita terlalu fokus pada hal kuratif (pengobatan), padahal kondisi tersebut akan menghabiskan banyak biaya, tenaga dan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk membuat bangsa ini lebih produktif!” ungkap dosen berdarah bali ini, edukasi untuk promotif dan preventif dirasa sangat kurang, padahal ini adalah kunci dalam menekan tumbuhnya laju persebaran penyakit tidak menular di Indonesia. 

Dirinya menyadari bergulirnya kecanggihan teknologi membawa dampak kemudahan dalam aksesibilitas dan meningkatkan produktivitas, salah satunya seperti internet, dari mana pun dan di waktu apapun kita bisa berkarya dengan luar biasa. Tetapi yang harus diwaspadai juga adalah kemudahan aksesibiltas ini membuat ritme dan pola kehidupan kita menjadi berubah pula, dari semakin sedikit aktivitas fisik hingga kita menjadi generasi lapar mata. 

4 sehat, 5 sempurna dan 6 viral, hal ini yang sekarang digunakan oleh para produsen untuk menggoda kita dalam menjajakan produknya, bukan hal salah atau terlarang, karena ini merupakan bagian dari strategi marketing. Menghadapi hal ini maka benteng pertahanan terbaik kita adalah edukasi, dengan tidak cukup tergoda lewat viralnya makanan dan minuman yang ditawarkan akan tetapi juga memahami isi kandungan nutrisi apa yang kita konsumsi. 

S2 ekonomi kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga sebagai program studi yang memberikan edukasi komprehensif antara bidang ekonomi dan kesehatan, tidak hanya berguna untuk menghasilkan konsumen cerdas melainkan juga produsen dari industri makanan dan minuman pun bisa bergabung, agar lahir produk-produk yang tidak hanya enak dan lezat disantap akan tetapi juga mampu memberi asupan nutrisi yang tepat, karena dengan tubuh yang sehat dan ekonomi yang kuat akan menghadirkan bangsa yang hebat.

Follow Sosial Media Sekolah Pascasarjana Unair =
(Instagram, YouTube, Facebook, LinkedIn, Twitter, Spotify, TikTok)
https://pasca.unair.ac.id/digital-platform

source
https://unair.ac.id/

By lanjut