Pentingkah Pendidikan Tinggi Bagi Seorang Ibu Rumah Tangga?
Pertanyaan sederhana ini dapat memicu pemikiran yang kompleks. Apakah seorang ibu rumah tangga, terutama yang berperan penuh dalam mengurus keluarga, membutuhkan pendidikan tinggi? Tentu saja, jawaban atas pertanyaan ini bervariasi tergantung pada pandangan dan pendapat masing-masing individu.

Pada pandangan awal, mungkin terlihat bahwa seorang ibu rumah tangga tidak memerlukan gelar untuk menjalankan tugas-tugas rumah tangga. Namun, tahukah kita bahwa peran seorang ibu tidak hanya terbatas pada urusan domestik? Ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya, penenang keluarga, dan ibu harus memiliki pemikiran rasional dan kemampuan pemecahan masalah yang baik. Ibu juga harus menjadi teman bicara bagi suaminya, dan berhak mengembangkan diri untuk mencapai kesuksesan. Semua itu membutuhkan dukungan pengetahuan, salah satunya melalui pendidikan.

“Ayah dan ibu telah berusaha keras untuk saya mendapatkan gelar sarjana, namun akhirnya menjadi seorang ibu rumah tangga?” Hatiku langsung tergugah. Menjadi seorang ibu rumah tangga yang memiliki tanggung jawab penuh dalam mengurus keluarga sambil menjalani studi S-2 bukanlah perkara yang mudah. Namun, hal itu tidak menjadi halangan bagi Hisniyah, yang akhirnya menyelesaikan kuliah sebagai wisudawan terbaik Program Studi Sains Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga. Sebagai seorang ibu dari tiga anak, ia berhasil lulus dengan IPK 3,83 dalam waktu studi 2,5 tahun.

“Agak kecewa karena saya tidak dapat menyelesaikan pendidikan dalam empat semester. Ada hambatan dalam persetujuan lapangan saat menulis tesis, terkait pengajuan proposal penelitian di lokasi yang saya tuju. Itulah yang membuat saya harus menambah satu semester lagi untuk menyelesaikan tesis,” ujar Hisniyah, yang juga memiliki hobi berkemah.

Hisniyah mengakui bahwa perjalanan studinya penuh perjuangan. Dia harus bijak dalam membagi waktu antara kuliah dan keluarga. Pada awal kuliah, Hisniyah merasa merendahkan diri karena latar belakang S-1-nya tidak sejalan dengan program studi S-2 yang diambilnya. Namun, hal itu tidak berlangsung lama.

Bagi Hisniyah, kelelahan dalam belajar adalah hal yang wajar. Namun, itu tidak boleh menjadi alasan untuk menyerah dalam meraih prestasi akademik. Baginya, impian tidak akan menjadi kenyataan jika tidak diusahakan.

Saat ini, Hisniyah sibuk dengan tanggung jawab mengurus rumah tangga. Dia juga berkeinginan untuk memperluas wawasan dan relasi dalam dunia kerja. Tidak menutup kemungkinan, jika ada kesempatan belajar lebih lanjut, dia akan melanjutkan studi S-3.

“Banyak skenario yang ingin saya jalankan setelah lulus. Namun, skenario utama saya adalah menerapkan teori manajemen yang saya pelajari dalam keluarga, karena keluarga adalah sebuah organisasi. Ketika saya berhasil mengelola keluarga dengan baik, saya yakin bahwa dengan banyak belajar dari materi kuliah, saya dapat menerapkannya dalam organisasi yang lebih besar,” ungkap Hisniyah.

By lanjut