Pertanian organik semakin berkembang dan memerlukan perhitungan yang tepat agar dapat berjalan efisien. Di Kawasan Agropolitan Kopeng, petani organik masih menghadapi berbagai kendala. Mereka kesulitan mendapatkan input produksi, dan proses pemasaran kubis organik tidak seumum kubis biasa karena pasar kubis organik hanya untuk konsumen tertentu. Petani juga terkendala dengan prosedur dan biaya sertifikasi pertanian organik yang tidak murah. Permintaan besar terhadap input finansial dan manufaktur berdampak signifikan pada produksi kubis organik. Kurangnya jumlah dan faktor produksi seringkali mempengaruhi jumlah produksi dan biaya. Efisiensi dalam penggunaan faktor produksi sangat penting agar petani dapat meningkatkan pendapatan dan menciptakan surplus. Produksi yang rendah dan biaya tinggi akan mengakibatkan rendahnya pendapatan petani. Oleh karena itu, studi ini menganalisis efisiensi produksi dan pemasaran kubis organik untuk mengetahui apakah usaha ini telah dijalankan secara efisien.
Studi ini menggunakan pendekatan Stochastic Frontier Analysis (SFA) untuk mengukur efisiensi. Pendekatan ini adalah model parametrik yang mengukur efisiensi dan manajemen risiko, termasuk di sektor pertanian. Model ini unggul dibandingkan metode regresi atau Data Envelopment Analysis karena dapat menilai risiko, mengoptimalkan sumber daya input, membantu peneliti menciptakan tujuan yang terukur, dan mengidentifikasi kombinasi produksi optimal untuk diversifikasi risiko. Untuk menghitung efisiensi, digunakan teori fungsi produksi Cobb-Douglas yang melibatkan beberapa variabel bebas dan satu variabel terikat. Fungsi ini berguna untuk penelitian empiris dan mudah dianalisis dengan regresi linier setelah diubah menjadi logaritma.
Penelitian ini melibatkan 60 petani kubis organik di Kawasan Agropolitan Kopeng. Usia responden berkisar antara 24 hingga 60 tahun, dengan sebagian besar berusia 45-60 tahun (60%). Tingkat pendidikan responden bervariasi, dengan 15% tidak tamat SD, 40% tamat SD, 35% tamat SMP, 9% tamat SMA, dan 1% memiliki ijazah sarjana atau sederajat. Rata-rata luas lahan yang dimiliki petani adalah 0,70 hektar, terdiri dari lahan milik, sewa, dan lahan garapan. Beberapa tahun terakhir, kesadaran petani akan pentingnya menjaga kelestarian lahan pertanian meningkat, terutama karena sulitnya mendapatkan pupuk kimia bersubsidi dan harga jual komoditas organik yang lebih tinggi. Banyak petani beralih ke pertanian organik karena ketergantungan pada pupuk kimia berdampak buruk pada kualitas kesuburan tanah dan biaya input yang meningkat.
Studi ini menemukan bahwa luas lahan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pertanian kubis, meskipun banyak petani tidak memiliki lahan sendiri dan sebagian besar lahan adalah sewa. Faktor produksi benih atau bibit berkualitas mempengaruhi hasil produksi kubis organik. Pupuk organik penting untuk menjaga kesuburan tanaman dan meningkatkan hasil produksi. Tenaga kerja juga berpengaruh positif pada kegiatan pertanian, mulai dari pengolahan tanah, penanaman, perawatan hingga panen. Tenaga kerja pertanian bertanggung jawab menyiapkan tanah, menanam benih, memelihara tanaman, dan memanen hasil pertanian.
Kawasan Agropolitan Kopeng belum mencapai efisiensi teknis karena potensi penggunaan input yang berlebihan. Penggunaan tenaga kerja yang berlebihan, meskipun sebagian besar berasal dari keluarga petani sendiri, perlu diperhatikan karena berpengaruh pada biaya. Efisiensi harga juga belum tercapai sehingga perlu peningkatan input produksi. Inovasi dalam penyediaan pupuk dan pestisida organik diperlukan karena petani dapat meracik pupuk organik secara mandiri.
Hasil studi menyimpulkan bahwa usahatani kubis organik di Kawasan Agropolitan Kopeng dipengaruhi oleh faktor produksi seperti luas lahan, bibit, pupuk organik, pestisida organik, dan tenaga kerja. Analisis efisiensi ekonomi, teknis, dan produksi menunjukkan bahwa pertanian ini perlu ditingkatkan efisiensinya dengan pemanfaatan input produksi yang lebih optimal. Dari sisi pemasaran, hasilnya efisien karena kubis organik memiliki dua saluran pemasaran, meskipun manfaat bagi petani bisa lebih optimal. Petani membutuhkan komposisi input produksi yang tepat untuk mencapai efisiensi. Studi merekomendasikan program pendampingan bagi petani tentang tata cara penggunaan input yang benar. Pemerintah perlu memberikan pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida organik guna menekan biaya produksi. Diperlukan sistem pendampingan dalam pengurusan sertifikasi produk organik agar petani dapat menjual hasil panennya dengan keuntungan maksimal.