Di era globalisasi yang semakin pesat, perubahan dalam struktur keluarga menjadi fenomena yang tak terhindarkan. Salah satu bentuk keluarga yang mulai muncul dan menjadi sorotan adalah keluarga atomistik. Keluarga atomistik merupakan tipe keluarga di mana pasangan suami istri tidak tinggal bersama setelah menikah. Meskipun konsep ini mungkin terdengar asing bagi banyak orang, kenyataannya banyak pasangan yang harus menjalani kehidupan pernikahan dengan cara ini, terutama di daerah-daerah tertentu di Indonesia seperti di Jawa Timur.
Tantangan Keluarga Atomistik
Dalam studi ini, peneliti mengungkap bagaimana interaksi dan upaya yang dilakukan oleh suami atau istri yang bekerja dalam mempertahankan kehidupan pernikahan dalam situasi keluarga atomistik. Menggunakan metode kualitatif melalui wawancara dengan 57 keluarga atau pasangan yang tidak tinggal bersama di Jawa Timur, Indonesia, studi ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika keluarga atomistik.
Salah satu temuan utama adalah bahwa suami atau istri yang bekerja di sektor publik sering kali harus tinggal terpisah dari pasangan mereka karena tuntutan pekerjaan. Kondisi ini tidak hanya dialami oleh pasangan tanpa anak, tetapi juga oleh pasangan yang memiliki anak, di mana anggota keluarga harus tinggal berjauhan. Dalam banyak kasus, anak-anak sering kali diasuh oleh kakek-nenek karena ayah dan ibu bekerja di luar kota. Fenomena ini menunjukkan bahwa struktur keluarga tradisional yang biasanya tinggal dalam satu rumah mulai bergeser ke arah yang lebih fleksibel, namun juga lebih menantang.
Upaya Mempertahankan Keharmonisan
Meski terpisah jarak, banyak pasangan yang tinggal dalam keluarga atomistik melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan kontinuitas rumah tangga mereka. Studi ini menemukan beberapa strategi utama yang dilakukan oleh pasangan suami istri dalam menjaga keharmonisan keluarga mereka:
- Kepercayaan: Kepercayaan antara suami dan istri menjadi fondasi yang sangat penting dalam keluarga atomistik. Ketika pasangan tidak bisa selalu berada bersama, mereka harus bisa mempercayai satu sama lain untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggung jawab.
- Pertemuan Tatap Muka: Meskipun jarang, pertemuan tatap muka tetap dianggap penting dalam menjaga hubungan. Beberapa pasangan mungkin hanya dapat bertemu seminggu sekali, sebulan sekali, atau bahkan enam bulan sekali. Namun, setiap kali pertemuan tersebut terjadi, momen tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mempererat ikatan keluarga.
- Komunikasi Digital: Selain pertemuan langsung, komunikasi melalui telepon dan situs jejaring sosial menjadi sarana utama untuk tetap berhubungan. Di era digital ini, teknologi memainkan peran penting dalam menjaga komunikasi antar anggota keluarga yang terpisah oleh jarak.
Meskipun frekuensi pertemuan tatap muka terbatas, pentingnya komunikasi secara rutin melalui berbagai media digital tak bisa diremehkan. Dengan kemajuan teknologi, pasangan dapat tetap merasa dekat meskipun terpisah jarak yang jauh.
Dampak dan Potensi Keluarga Atomistik
Meskipun menghadapi banyak tantangan, studi ini juga menemukan bahwa keluarga atomistik memiliki potensi untuk mengatasi konflik dan bahkan dapat memperkuat hubungan pernikahan. Keluarga yang terbiasa dengan situasi ini cenderung lebih mandiri dan mampu mengelola kehidupan mereka dengan cara yang lebih matang. Latent function atau fungsi tersembunyi dari keluarga atomistik ini adalah kemampuannya dalam mengasah keterampilan komunikasi dan pemecahan masalah, yang pada akhirnya dapat memperkuat ikatan antara suami, istri, dan anak-anak mereka.
Kesimpulan
Studi ini menyimpulkan bahwa keluarga atomistik, meskipun tampaknya penuh dengan tantangan, memiliki mekanisme tersendiri untuk bertahan dan berkembang. Kepercayaan, komunikasi yang efektif, dan pertemuan tatap muka yang berkala adalah kunci untuk menjaga keharmonisan dalam jenis keluarga ini. Dalam konteks globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi keluarga yang tidak konvensional ini menjadi sangat penting. Keluarga atomistik, dengan segala tantangannya, menunjukkan bahwa cinta dan komitmen tidak mengenal batasan geografis, dan dengan upaya yang tepat, hubungan keluarga dapat tetap kuat meskipun terpisah oleh jarak.
Link Journal : https://scholar.unair.ac.id/en/publications/familial-relationships-and-efforts-in-retention-of-marriage-among