Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi pada wanita di seluruh dunia. Pencegahan kanker serviks, terutama melalui vaksinasi dan skrining rutin, sangat penting untuk mengurangi angka kejadian dan kematian akibat penyakit ini. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk memahami dan mempengaruhi perilaku pencegahan kanker serviks adalah Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behaviour/TPB). Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana TPB diterapkan dalam konteks pencegahan kanker serviks, dengan fokus pada pandangan mahasiswa kesehatan sebagai kelompok yang memiliki potensi besar untuk mempengaruhi perilaku pencegahan di masyarakat.

Memahami Teori Perilaku Terencana (TPB)

Teori Perilaku Terencana adalah model psikologis yang digunakan untuk memprediksi dan memahami perilaku manusia. TPB menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku adalah prediktor utama apakah mereka akan benar-benar melakukannya. Niat ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama: sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku.

  1. Sikap terhadap Perilaku: Merujuk pada keyakinan individu tentang hasil dari perilaku tertentu, apakah mereka memandangnya sebagai sesuatu yang positif atau negatif.
  2. Norma Subjektif: Merupakan persepsi individu tentang apa yang dianggap penting oleh orang lain (seperti keluarga, teman, atau masyarakat) terkait perilaku tersebut.
  3. Persepsi Kontrol Perilaku: Mengacu pada keyakinan individu tentang sejauh mana mereka memiliki kontrol atas perilaku yang akan mereka lakukan.

Dalam konteks pencegahan kanker serviks, TPB dapat membantu memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan, seperti vaksinasi HPV dan skrining rutin melalui Pap smear.

Pandangan Mahasiswa Kesehatan tentang Pencegahan Kanker Serviks

Mahasiswa kesehatan, sebagai calon tenaga medis, memiliki peran kunci dalam edukasi dan promosi kesehatan, termasuk dalam pencegahan kanker serviks. Pemahaman mereka tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan kanker serviks sangat penting, karena mereka akan menjadi agen perubahan dalam masyarakat.

Penelitian yang diterbitkan di jurnal terkait menunjukkan bahwa mahasiswa kesehatan umumnya memiliki sikap positif terhadap pencegahan kanker serviks. Mereka menyadari pentingnya vaksinasi HPV dan skrining rutin dalam mencegah kanker serviks. Namun, sikap positif ini belum tentu selalu diterjemahkan ke dalam tindakan nyata. Faktor-faktor seperti norma subjektif, seperti pengaruh teman sebaya atau budaya, dan persepsi kontrol perilaku, seperti akses terhadap layanan kesehatan, dapat mempengaruhi niat mereka untuk bertindak.

Misalnya, meskipun mahasiswa kesehatan mungkin menyadari pentingnya vaksinasi HPV, jika mereka merasa bahwa vaksinasi tersebut tidak didukung oleh lingkungan sosial mereka atau mereka menghadapi hambatan dalam mengakses vaksinasi, mereka mungkin tidak akan melakukannya. Oleh karena itu, intervensi yang ditargetkan pada peningkatan norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pencegahan kanker serviks di kalangan mahasiswa kesehatan.

Implikasi untuk Edukasi dan Intervensi Kesehatan

Temuan dari studi ini memiliki implikasi penting bagi program edukasi dan intervensi kesehatan. Untuk meningkatkan efektivitas program pencegahan kanker serviks, diperlukan pendekatan yang komprehensif yang tidak hanya meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya pencegahan, tetapi juga memperkuat norma subjektif yang mendukung dan meningkatkan persepsi kontrol perilaku.

Program edukasi harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk keluarga dan teman, untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pencegahan kanker serviks. Selain itu, upaya juga harus difokuskan pada menghilangkan hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi oleh mahasiswa kesehatan dalam mengakses layanan pencegahan, seperti memperbaiki akses ke vaksinasi HPV dan layanan skrining.

Lebih lanjut, mahasiswa kesehatan perlu diberikan pelatihan yang memadai tentang bagaimana memotivasi pasien mereka di masa depan untuk terlibat dalam perilaku pencegahan kanker serviks. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi niat dan perilaku, mereka akan lebih siap untuk menjadi pendidik kesehatan yang efektif dan agen perubahan dalam upaya pencegahan kanker serviks.

Kesimpulan

Teori Perilaku Terencana menawarkan kerangka kerja yang kuat untuk memahami dan mempengaruhi perilaku pencegahan kanker serviks, khususnya di kalangan mahasiswa kesehatan. Dengan memahami bagaimana sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku mempengaruhi niat mereka untuk melakukan tindakan pencegahan, kita dapat merancang intervensi yang lebih efektif untuk mengurangi beban kanker serviks.

Sebagai calon tenaga medis, mahasiswa kesehatan memiliki tanggung jawab besar dalam mempromosikan pencegahan kanker serviks. Melalui pendidikan yang tepat dan intervensi yang ditargetkan, mereka dapat berperan sebagai agen perubahan yang efektif, membantu meningkatkan kepatuhan terhadap langkah-langkah pencegahan kanker serviks di masyarakat. Artikel ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dan panduan bagi mereka yang terlibat dalam upaya pencegahan kanker serviks, khususnya dalam konteks pendidikan dan intervensi berbasis TPB.

Link Journal : https://scholar.unair.ac.id/en/publications/theory-of-planned-behaviour-for-cervical-cancer-prevention-view-o

By Admin