Berita UNAIR Pascasarjana, Jumat, 4 Oktober 2024  –  Pada tanggal 4 Oktober 2024 Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga kembali menggelar acara Airlangga Forum dengan tema Babak Belur vs Babak Baru: Industri Start Up di Tanah Air, yang membahas perjalanan penuh lika-liku industri startup di Indonesia. Acara ini berlangsung pada hari Jumat, 4 Oktober 2024, pukul 15.00 hingga 17.00 WIB melalui Zoom, menghadirkan tokoh-tokoh berpengaruh dalam bidang kewirausahaan dan mentoring startup.

Moch. Ali Irsyad, S.Ikom, Ch, Cht, Ketua Jadgroup Holding dan Managing Director ESG Intelligence, bersama Nurhaq Ferdiansyah, Community Manager di PT. Bukalapak.com (2013-2019), berbagi wawasan tentang tantangan dan peluang baru di industri startup Indonesia. Sesi ini dipandu oleh Emiria Dinar Triana, yang mengupas jatuh bangunnya ekosistem startup lokal serta memberikan pandangan segar tentang masa depannya.

Acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesulitan maupun kesuksesan di industri ini, sekaligus menekankan pentingnya inovasi, ketahanan, dan pengembangan strategi untuk menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.

Sesi ini diawali dengan pembahasan mengenai penurunan drastis investasi di sektor startup Indonesia. Menurut laporan e-Conomy SEA 2023 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, investasi ke startup Indonesia turun hingga 87% secara tahunan. Dari sebelumnya US$3,3 miliar pada semester I-2022, angka ini merosot menjadi hanya US$400 juta pada semester I-2023. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di beberapa negara Asia Tenggara lainnya, seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa 87% investor merasa penggalangan dana semakin sulit, dan 64% investor menjadi kurang tertarik untuk menanamkan modal.

Dalam diskusi ini, Moch. Ali Irsyad, S.Ikom, Ch, Cht, Ketua Jadgroup Holding dan Managing Director ESG Intelligence, menggarisbawahi bahwa inovasi yang dilakukan startup seharusnya berfungsi sebagai solusi masalah (problem-solving).

Forum ini secara keseluruhan memberikan pandangan yang mendalam mengenai tantangan dan peluang di industri startup Indonesia. Meskipun kondisi saat ini cukup menantang, terutama dengan penurunan investasi dan tekanan ekonomi global, baik Ali Irsyad maupun Nurhaq Ferdiansyah optimis bahwa dengan strategi yang tepat, startup di Indonesia masih memiliki peluang untuk bangkit dan berkembang di masa mendatang.

Dengan menekankan pentingnya inovasi, kolaborasi, serta kepekaan terhadap isu-isu global dan sosial, Airlangga Forum kali ini memberikan gambaran yang jelas bahwa masa depan industri startup Indonesia masih penuh dengan harapan, asalkan pelaku usaha mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Nurhaq juga mengungkapkan, “Mengelola komunitas itu bukan pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Ini proses panjang, seperti maraton, bukan sprint.” Ia menekankan bahwa strategi kolaborasi terbukti efektif dalam menjaga hubungan antara Bukalapak dan para penjualnya, serta menciptakan loyalitas di tengah dinamika pasar Indonesia yang unik. “Loyalitas konsumen di marketplace Indonesia itu sangat rendah,” tambahnya. “Konsumen cenderung pindah ke platform yang memberikan diskon lebih besar.”

“Bakar duit itu ada dua macam, yang pertama hangus, yang kedua dengan memberikan promo,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa penting untuk memilih modal bisnis yang memahami perilaku masyarakat Indonesia serta mengelola manajemen dengan baik, terutama dengan semakin banyaknya kompetitor di pasar. “Bukalapak dulu bisa dianggurin tanpa promosi, tapi sekarang, karena saingan semakin kuat, kita harus pintar menyusun strategi terbaik agar bisa bertahan,” lanjutnya.

Di akhir sesi, Nurhaq menekankan pentingnya memahami perilaku pasar dan mengelola bisnis dengan baik di tengah semakin banyaknya kompetisi. Bukalapak yang dahulu hanya “diam” tanpa perlu banyak promosi, kini harus menghadapi persaingan yang ketat dengan mengadopsi strategi baru agar dapat bertahan di pasar.

“Kita harus benar-benar melihat ikigai, apa yang dunia butuhkan? Apa yang jadi passion kita? Apa yang orang lain mau bayar terkait apa yang kita kerjakan? Apa yang kita kuasai di situ? Atau jangan-jangan, ada hal yang kita tidak jago, tapi justru kita punya passion di sana? Bisa jadi kita punya passion, tapi malah tidak laku. Kasarnya, ya, dunia tidak butuh.” Pesan tersebut disampaikan oleh Ali, ini perlu direnungi oleh para pengusaha agar bisa bertahan ditengah huru hara pasar di Indonesia maupun secara global.

Ali menambahkan bahwa selain faktor ekonomi, kondisi geopolitik global juga mempengaruhi daya beli masyarakat. Konflik di Timur Tengah dan perang antara Rusia dan Ukraina turut melemahkan daya beli masyarakat, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara global. Oleh karena itu, menurutnya, startup perlu lebih peka terhadap kondisi global ini untuk tetap relevan dan kompetitif.

Sesi pemaparan berikutnya dilanjutkan oleh Nurhaq Ferdiansyah. Nurhaq menjelaskan mengenai tujuan awal dibentuknya Bukalapak Community, yang berfokus pada kolaborasi antar penjual di platform. Menurutnya, kolaborasi adalah kunci keberhasilan Bukalapak dalam menciptakan simbiosis mutualisme antara perusahaan dan penjual di platformnya. Penjual yang tergabung dalam komunitas Bukalapak tidak hanya mendapatkan peningkatan pendapatan, tetapi juga menjadi duta merek yang mempromosikan Bukalapak secara organik.

Namun, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana memilih inovasi yang tepat di tengah semakin banyaknya masalah dan disrupsi di berbagai sektor. Menurut Ali, startup perlu menjadi adaptive, agile, dan relevan dengan perubahan zaman. Di samping itu, ia menekankan bahwa investasi pada startup harus menghasilkan return yang signifikan, yang sayangnya seringkali tidak murah.

Ali juga menyoroti tantangan investasi bagi startup di Indonesia saat ini. Ia mengungkapkan bahwa inflasi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir mengurangi daya beli masyarakat, sehingga membuat konsumen mencari produk dengan harga lebih murah. Hal ini memberikan tekanan pada startup yang harus menawarkan solusi efisiensi, namun pada saat yang sama menghadapi tantangan biaya tinggi.

Salah satu hal penting yang disampaikan Ali adalah mengenai tren baru yang perlu diikuti oleh startup, seperti ekonomi hijau, keadilan sosial, dan perubahan iklim. Ali menyampaikan bahwa ”jiwa sosial orang Indonesia ini sangat tinggi”, sehingga suatu perusahaan perlu menunjukkan kepedulian mereka terhadap isu-isu penting dan pastikan perusahaan memiliki tujuan yang baik. Startup yang gagal mengikuti tren ini cenderung tertinggal di pasar. Ali juga mengingatkan bahwa kemampuan narasi dan storytelling sangat penting bagi startup untuk menjalin hubungan yang kuat dengan pelanggan dan investor

Follow Sosial Media Sekolah Pascasarjana Unair =
(Instagram, YouTube, Facebook, LinkedIn, Twitter, Spotify, TikTok)

source
https://unair.ac.id/

By lanjut