Berita UNAIR Pascasarjana, Jumat, 1 November 2024 – 1 November 2024 Forum Airlangga menghadirkan diskusi menarik mengenai fenomena media sosial populer, khususnya tren joged dapat cuan yang kini marak dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan. Acara yang diadakan secara daring oleh Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga ini mengundang para pakar dalam bidang ilmu komunikasi, hukum, dan pengembangan sumber daya manusia untuk membahas bagaimana pengaruh tren digital ini terhadap pembangunan nasional.
Angga Prawadiuk Aji, S.IP., M.A., dosen Ilmu Komunikasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, membuka diskusi dengan membahas bagaimana tren seperti “joget dapat cuan” mencerminkan perubahan nilai-nilai masyarakat dan dampak luas platform digital terhadap kehidupan sosial. Ia menyampaikan, “Fenomena ini menjadi tanda zaman. Ini tidak hanya menunjukkan kreativitas generasi muda, tetapi juga bagaimana monetisasimedia sosial mengubah pandangan mereka terhadap karier,” ungkapnya. “Konten ini butuh etika, menjaga harkat dan martabat sebagai manusia, jangan menjual kemiskinan untuk menjadi komoditas di media sosial.”
Menurut Angga, fenomena ini merupakan bentuk adaptasi generasi muda terhadap teknologi, namun tetap perlu dipertimbangkan dampaknya terhadap identitas budaya dan moralitas bangsa. Ia juga menyoroti pentingnya literasi digital agar para pengguna media sosial tidak hanya mengejar popularitas, tetapi juga menjaga konten yang edukatif dan bermanfaat. “Popularitas tidak abadi, akan ada persaingan, dan ini perlu diwaspadai,” tegasnya.
Dr. Radian Salman, SH, LL.M., Koordinator Program Studi S2 Sains Hukum dan Pembangunan di Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, mengupas isu ini dari perspektif hukum. Menurutnya, “Fenomena seperti joged dapat cuanharus diperhatikan dalam regulasi konten digital di Indonesia. Perlu ada keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial.”
Dr. Radian menambahkan bahwa pemerintah perlu mengawasi perkembangan konten digital yang melibatkan anak muda agar tetap sejalan dengan norma dan nilai-nilai bangsa. Ia mengusulkan adanya peraturan yang jelas terkait konten digital, khususnya untuk menghindari eksploitasi dan melindungi privasi. “Apapun pendekatannya, tetap harus ada edukasi,” ujarnya..
Sementara itu, Dr. Sendy Krisna Puspitasari, S.Pd., M.PSDM, alumni Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, melihat fenomena ini dari sisi pengembangan sumber daya manusia. Ia berpendapat bahwa joged dapat cuan adalah salah satu bentuk kreativitas dan inovasi yang dapat mendukung ekonomi digital, namun memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap pengelolaan pribadi dan waktu.
Dr. Sendy Krisna Puspitasari menyatakan bahwa pemanfaatan media sosial tergantung pada karakter pribadi masing-masing individu. “Tergantung pribadi seperti apa dalam memanfaatkan sosial media, sehingga itu bisa berdampak signifikan dalam hidupnya, positif atau tidak,” ujarnya. Dr. Sendy juga menekankan pentingnya pendidikan karakter dan literasi digital agar generasi muda dapat memanfaatkan peluang ini dengan bijak dan bertanggung jawab. Ia menyarankan adanya program pembinaan untuk para kreator muda agar mereka tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial, tetapi juga mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Forum Airlangga ini berhasil menggugah peserta untuk lebih memahami potensi dan tantangan yang dihadirkan oleh tren digital. Melalui diskusi interaktif, para peserta mendapatkan wawasan tentang bagaimana tren joged dapat cuan bukan hanya hiburan, tetapi juga fenomena sosial yang perlu dimanfaatkan secara positif untuk pembangunan nasional.
Follow Sosial Media Sekolah Pascasarjana Unair =
(Instagram, YouTube, Facebook, LinkedIn, Twitter, Spotify, TikTok)
source
https://unair.ac.id/