Polusi lingkungan terus menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia, terutama ketika melibatkan paparan terhadap unsur-unsur beracun melalui rantai makanan. Salah satu sumber utama paparan adalah makanan laut, yang dapat terkontaminasi oleh logam berat seperti merkuri, arsenik, kadmium, dan timbal. Penelitian berjudul “A Probabilistic Health Risk Assessment of Potentially Toxic Elements in Seafood” yang dilakukan di Universitas Airlangga bertujuan untuk menganalisis risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan dari konsumsi makanan laut yang terkontaminasi. Artikel ini akan mengulas temuan penting dari penelitian ini, serta bagaimana hal tersebut berdampak pada kesehatan masyarakat dan kebijakan pengelolaan lingkungan.

Mengapa Makanan Laut Menjadi Perhatian Utama?

Makanan laut telah lama dikenal sebagai sumber protein berkualitas tinggi dan asam lemak omega-3 yang sangat baik bagi kesehatan. Namun, dengan meningkatnya polusi lingkungan, makanan laut juga dapat menjadi jalur utama paparan manusia terhadap unsur-unsur beracun. Penelitian ini mengidentifikasi beberapa unsur beracun yang berpotensi mencemari makanan laut, serta mengevaluasi risiko kesehatan yang terkait melalui pendekatan probabilistik.

Pendekatan Probabilistik dalam Penilaian Risiko Kesehatan

Berbeda dengan penilaian risiko tradisional yang cenderung linear, pendekatan probabilistik mempertimbangkan variasi dan ketidakpastian dalam data paparan. Dengan menggunakan metode ini, penelitian mampu memberikan gambaran yang lebih realistis tentang risiko kesehatan yang mungkin dialami oleh populasi umum akibat konsumsi makanan laut. Hal ini meliputi berbagai faktor, seperti frekuensi konsumsi, tingkat kontaminasi makanan laut, serta tingkat toleransi tubuh terhadap unsur-unsur beracun.

Temuan Utama: Unsur Beracun dalam Makanan Laut

Penelitian ini menemukan bahwa beberapa makanan laut mengandung kadar unsur beracun yang melebihi ambang batas keamanan yang direkomendasikan. Misalnya, merkuri yang sering ditemukan dalam ikan predator besar dapat menyebabkan dampak buruk pada sistem saraf, khususnya bagi ibu hamil dan anak-anak. Arsenik, di sisi lain, telah dikaitkan dengan risiko kanker dan berbagai masalah kesehatan kronis. Temuan ini memperingatkan perlunya pengawasan ketat terhadap kontaminasi logam berat dalam makanan laut yang beredar di pasaran.

Implikasi terhadap Kesehatan Masyarakat dan Kebijakan Lingkungan

Penelitian ini memiliki implikasi besar bagi kebijakan kesehatan masyarakat. Pemerintah dan lembaga kesehatan harus mempertimbangkan hasil studi ini untuk menyusun regulasi yang lebih ketat terkait ambang batas unsur beracun dalam makanan laut, serta mengedukasi masyarakat tentang potensi risiko konsumsi berlebihan. Selain itu, upaya mitigasi polusi lingkungan perlu ditingkatkan, seperti pengelolaan limbah industri yang lebih baik untuk mencegah pencemaran laut.

Cara Mengurangi Risiko Paparan Unsur Beracun

Untuk konsumen, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko paparan unsur beracun dari makanan laut, antara lain:

  • Mengonsumsi makanan laut dari sumber terpercaya yang telah diuji keamanannya.
  • Memilih jenis ikan yang cenderung memiliki kadar merkuri lebih rendah, seperti ikan kecil dan kerang.
  • Mengurangi frekuensi konsumsi ikan predator besar seperti tuna dan hiu.

Kesimpulan

Studi ini memberikan peringatan akan pentingnya pemantauan dan pengelolaan risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi makanan laut. Dengan pendekatan probabilistik, risiko paparan unsur beracun dapat diidentifikasi dan diminimalkan, sehingga masyarakat dapat menikmati manfaat kesehatan dari makanan laut tanpa mengorbankan kesejahteraan mereka. Temuan ini menjadi dasar penting untuk kebijakan kesehatan dan perlindungan konsumen di masa depan.

Link Journal : https://scholar.unair.ac.id/en/publications/a-probabilistic-health-risk-assessment-of-potentially-toxic-eleme

By Admin