Banyak orang mengalami stres tinggi dan mereka cenderung pergi dan menikmati makanan cepat saji (junk food). Mengurangi konsumsi makanan cepat saji menjadi tantangan karena mereka sedang menghadapi berbagai masalah dan tekanan.

Prof. Theresia Indah Budhy S., Koordinator Program Studi S2 Imunologi, menjelaskan bahwa prinsip “pokoknya makan” yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia terlihat biasa saja, tetapi sebenarnya memiliki dampak buruk potensial di masa depan.

Menurut profesor besar UNAIR, situasi hidup dengan tingkat stres yang tinggi, gaya hidup sedentari, dan asupan nutrisi yang tidak seimbang merupakan faktor pemicu. Makanan cepat saji sering menjadi pilihan ketika seseorang mengalami stres berat karena dianggap praktis, mudah didapat, dan memiliki rasa yang menggugah selera terutama saat suasana hati sedang buruk. Padahal, makanan cepat saji memiliki potensi untuk menyebabkan penyakit tidak menular (NCDs) seperti diabetes, hipertensi, hiperkolesterol, dan kanker karena rendahnya serat dan tingginya kandungan gula, garam, dan kalori.

Terkait dengan asupan nutrisi yang seimbang, profesor menekankan perlunya mengubah pandangan bahwa vitamin, mineral, dan nutrisi hanya dapat diperoleh dari obat-obatan. Ia mendorong peningkatan literasi terkait nutrisi dari tumbuhan dan bagaimana mengolahnya.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam UNAIR, Dr. Hermina Novida, dr., Sp.PD, KEMD, menjelaskan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi berat badan seseorang adalah asupan kalori yang melebihi kebutuhan tubuh.

“Makanan yang tidak seimbang seperti junk food menyebabkan penumpukan kalori yang kemudian berubah menjadi lemak dan berpotensi menyebabkan obesitas,” ungkapnya.

Junk food seringkali disamakan dengan fast food, padahal keduanya berbeda. Fast food merujuk pada makanan yang disiapkan untuk dikonsumsi dengan cepat, sehingga tidak semua fast food merupakan junk food. Jika mengonsumsi jenis makanan ini secara berlebihan, maka akan menyebabkan penumpukan gula, garam, dan lemak yang berkontribusi pada peningkatan berat badan atau obesitas.

By lanjut