Wabah antraks kembali menjadi perhatian setelah beberapa warga di Gunungkidul, Yogyakarta terinfeksi penyakit tersebut secara bersamaan. Dr. Mustofa Helmi Effendi, dr., DTAPH, seorang pakar zoonosis dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, menjelaskan bahwa antraks adalah penyakit yang ditularkan melalui spora bakteri Bacillus anthracis yang umumnya ditemukan di permukaan tanah.

“Penting untuk diketahui bahwa antraks ditularkan melalui spora. Tanpa spora, penularan antraks tidak signifikan, sehingga penularan antarmanusia tidak mungkin terjadi. Oleh karena itu, spora menjadi kunci penularan pada manusia. Saat ini, kita perlu mengetahui di mana spora tersebut berada dan tanah mana yang terkontaminasi spora,” jelas Helmi.

Menurut beliau, tanda-tanda infeksi antraks pada hewan dapat diketahui dari keluarnya darah melalui lubang-lubang alami seperti kuku dan mata. Namun, gejala infeksi antraks pada hewan ternak juga bisa ditandai dengan kematian mendadak. “Perubahan gejala klinis saat ini termasuk kematian mendadak pada hewan tanpa keluarnya darah. Jika terjadi kematian mendadak, kita harus mencurigai adanya antraks sebagai prioritas penyakit,” tambahnya.

Helmi mengimbau masyarakat untuk segera mengubur atau membakar bangkai hewan yang terinfeksi antraks. Ia tidak merekomendasikan pemotongan bangkai hewan ternak yang terinfeksi antraks oleh manusia karena dapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit antraks dapat ditularkan melalui kontak kulit, makanan, dan inhalasi. Mayoritas penularan wabah antraks pada manusia terjadi melalui antraks kulit (Cutaneous Anthrax). Ada kemungkinan bahwa penderita antraks pernah berinteraksi dengan hewan yang terinfeksi antraks.

Beberapa kasus infeksi antraks melalui inhalasi atau pernapasan juga pernah terjadi. “Kasus penyakit antraks di Jawa Tengah sebelumnya, tidak hanya tipe cutaneous, tetapi kebanyakan melalui inhalasi. Bakteri antraks masuk ke paru-paru melalui pernapasan dan menyebar ke darah, dan bakteri antraks ditemukan dalam cairan spinal,” jelas Helmi.

Ciri-ciri manusia yang terinfeksi antraks meliputi adanya ruam berwarna hitam pada kulit, mual, pusing, dan peningkatan suhu tubuh. Jika mengalami gejala seperti itu, masyarakat diimbau untuk segera pergi ke rumah sakit untuk memastikan diagnosis dan proses penyembuhan.

Meskipun demikian, antraks dapat dicegah dengan berbagai cara, termasuk melarang pemotongan dan konsumsi hewan yang sakit serta memahami dengan baik pengolahan daging yang tepat. “Selain itu, patuhi peraturan pemerintah. Jangan mengimpor hewan dari daerah endemis antraks. Cara yang paling penting dalam mencegah penyebaran antraks adalah dengan tidak melakukan kontak langsung dan mengonsumsi daging dari daerah endemis antraks,” pungkasnya.

By lanjut