Perkembangan obat anti kanker atau kemoterapi memberikan peningkatan keberhasilan dan kesintasan pasien, termasuk kemoterapi pada pasien leukemia akut. Namun di satu sisi, perkembangan obat anti kanker juga memberikan dampak pada kejadian toksisitas pada sistem saraf, ginjal, jantung dan hati. Hepatotoksisitas merupakan gangguan fungsi hati yang terjadi akibat pemberian obat. Hepatotoksisitas sering dijumpai dan merupakan salah satu efek samping serius dari pemberian obat kemoterapi. Angka kejadian gangguan fungsi hati akibat obat diperkiraan kan 15,4-23,3 kasus per 100,000 penduduk.

Hati memiliki peran penting dalam metabolisme berbagai obat dan toksin dan sangat rentan terjadi kerusakan yang disebabkan oleh obat-obat tersebut termasuk obat kemoterapi yang bersifat sitotoksik. Kerusakan hati yang terjadi sebelumnya dapat menyebabkan yang dipicu obat dapat gangguan metabolisme obat dan toksisitas lebih lanjut apabila pasien terpapar obat sitotoksik. Hepatotoksisitas dapat terjadi akibat kerusakan struktur seperti sinusoid hati, pembuluh darah, saluran empedu, dan kerusakan langsung pada hepatosit itu sendiri.

L-asparaginase adalah enzim bacterial yang dipergunakan sebagai salah satu obat kemoterapi Leukemia Limfoblastik Akut. Pada penelitian yang dilakukan oleh US Drug-Induced Liver Injury Network (DILIN) menunjukkan bahwa asparaginease merupakan obat kemoterapi yang paling sering menyebabkan kerusakan hati disertai dengan manifestasi klinis kuning. Mekanisme hepatotoksisitas akibat asparaginase dapat disebabkan oleh deplesi asparagin dan peran glutamin. Penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa asparaginase menyebabkan steatosis difus dan penurunan kadar protein serum secara cepat. Dalam satu penelitian pada tikus membuktikan pemberian infus glutamin dapat memblokir efek ini. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa asparaginase menyebabkan deplesi substrat dan defisiensi asam amino tertentu di hati yang dapat menyebabkan hilangnya protein dan fungsi enzim yang bertanggung jawab untuk transportasi lipid dan bilirubin serta sekresi dan sintesis protein serum yang dibuat oleh hati.

Manifestasi klinis hepatotoksisitas bervarias mulai asimptomatik, peningkatan hasil pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati, hepatitis kolestasis, berkembang menjadi fibrosis dan sirosis, keganasan, penyakit veno-oklusif/obstruksi sinusoidal, dan gagal hati fulminan. The National Institute of Health funded DILI network mengusulkan untuk menggunakan manifestasi klinis selain nilai laboratorium dan mendefinisikan hepatotoksisitas sebagai berikut: tingkat 1 (ringan) jika terjadi peningkatan ALT dan atau ALP; tingkat 2 (sedang) jika terjadi peningkatan bilirubin dan koagulopati; tingkat 3 (serius) jika mengakibatkan rawat inap atau ketidakmampuan melakukan pekerjaan sehari-hari; level 4 disebut sebagai gagal hati akut jika terjadi kegagalan fungsi organ (otak, ensefalopati, ginjal dll) dan level 5 jika terjadi kematian atau membutuhkan transplantasi hati.

Tes fungsi hati merupakan parametes dasar pengukuran fungsi hati pada pasien yang menerima kemoterapi. Adanya peningkatan Tes fungsi hati menunjukkan terjadinya hepatotoksisitas terkait pemberian kemoterapi. Evaluasi fungsi hati secara berkala dapat memprediksi kemungkinan hepatotoksisitas pada pasien yang menerima pengobatan kemoterapi. Jika terjadi peningkatan LFT yang menunjukkan hepatotoksisitas, pemeriksaan penunjang lanjutan sangat diperlukan seperti  biopsi hati, ultrasonografi, dan CT Scan untuk melihat adanya kerusakan sel hati.

Kerusakan hati yang sudah ada sebelumnya dapat mengganggu proses pemulihan sel. Seorang ahli onkologi perlu menilai fungsi hati dan kemungkinan adanya metastasis hati dalam mempersiapkan pemberian kemoterapi. Tata laksana utama hepatotoksisitas dipicu kemoterapi dengan mempertimbangkan penurunan dosis obat yang diduga memicu hepatotoksisitas atau penghentian obat kemoterapi penyebab hepatotoksisitas jika kerusakan hati menetap meskipun dosis obat telah diturunkan.

Penulis: Mia Ratwita Andarsini, dr., Sp.A.

Jurnal: https://www.phcogj.com/article/1931#:~:text=Two%20risk%20factors%20had%20a,affect%20the%20incidents%20of%20hepatotoxicity.


source
https://unair.ac.id/

By lanjut